BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ketika perusahaan BATA membangun
pabrik untuk memproduksi sepatu, para manajernya mempunyai gagasan tentang
jumlah sepatu yang akan diproduksi. Ketika perusahaan ASTRA membangun pabrik
perakitan mobil, para manajernya mempunyai
perkiraan tertentu mengenai jumlah mobil yang akan diproduksi.
Fasilitas-fasilitas ini semuanya dibangun dengan suatu ukuran atau mempunyai
kapasitas tertentu. Kegiatan penentuan dan pembaharuan kebutuhan-kebutuhan
kapasitas ini disebut perencanaan kapasitas. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai perencanaan kapasitas.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa Yang Dimaksud Perencanaan Kapasitas
?
2.
Apa Saja Strategi Perencanaan Kapasitas
Dalam Proses Produksi ?
3.
Apa Saja Strategi Perencanaan Agregat
Dalam Proses Produksi ?
1.3 Tujuan Makalah
1.
Untuk Mengetahui Perencanaan Kapasitas
2.
Untuk Mengetahui Strategi perencanaan
kapsitas dalam pross produksi.
3.
Untuk Mengetahui Strategi Perencanaan
Agregat Dalam Proses Produksi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan
Kapasitas
2.1.1 Pengertian Perencanaan
Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan pembatas
dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu.
Menurut Chase
dan Aquilano (1955).Chase serta Russel Taylor (2000), kapasitas merupakan
jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi dalam
cakrawala waktu tertentu, yaitu selama satu tahun atau dalam
beberapa tahun mendatang.
Menurut Yamit (2003), perencanaan
kapasitas produksi adalah jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam
satuan waktu tertentu. Contoh : bus mempunyai kapasitas kursi 40 sekali jalan,
pabrik pupuk mempunyai kapasitas 100.000 kg sekali produksi Kapasitas produksi
dikaitkan dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki seperti :
a. Kapasitas tenaga kerja
b. Kapasitas mesin
c. Kapasitas bahan baku
d. Kapasitas modal
Berbagai definisi
kapasitas secara umun dapat diperinci sebagai berikut :
1. Design capacity,
yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana pabrik dirancang.
2. Rated capacity,
yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukan bahwa fasilitas secara
teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya. ( Biasanya lebih besar daripada design capacity karena
perbaikan-perbaikan periodic dilakukan terhadap mesin-mesin atau
proses-prosesnya).
3. Standard capacity,
yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan sebagai sasaran
pengoperasian bagi manajemen, supervise, dan para operator mesin, dapat
digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggaran.
4. Actual
dan atau operating capacity, yaitu
tingkat keluaran rata-rata per satuan waktu selama periode-periode waktu yang
telah lewat. Ini adalah kapasitas standard ± cadangan-cadangan, penundaan,
tingkat sisa nyata dan sebagainya.
5. Peak capacity,
yaitu jumlah keluaran per satuan waktu (mungkin lebih rendah daripada rated,
tetapi lebih besar daripada standard ) yang dapat dicapai melalui maksimisasi
keluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan kerja lembur, menambah tenaga
kerja, menghapuskan penundaan-penundaan, mengurangi jam istirahat dan
sebagainya.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini
pada umumnya dinyatakan dalam satuan- satuan sebutan persamaan seperti batang,
ton, lologram, meter atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan
waktu yang penting bagi perencanaan kapasitas, dapat dinyatakan dalam satuan
seperti jam, hari, minggu atau bulan.
Perencanaan
kapasitas atas dasar waktu dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Kapasitas jangka panjang (lebih dari 1
tahun). Merupakan sebuah
fungsi penambahan fasilitas dan peralatan yang memilki lead time panjang.
2.
Kapasitas jangka menengah (3 hingga 18
bulan). Hal ini
merupakan tugas perencanaan keseluruhan. Dapat berupa ditambahkan
peralatan, karyawan dan jumlah shift, dapat pula dilakukan subkontrak, dan
dapat juga menggunakan persediaan.
3.
Kapasitas jangka pendek (biasanya
hingga 3 bulan).
Perhatian utama terletak pada penjadwalan tugas, penjadwalan karyawan dan
pengalokasian mesin. Sangat sulit untuk mengubah kapasitas jangka pendek,
sehingga biasanya digunakan kapasitas yang sudah ada.
2.1.2
Strategi Dalam Perencanaan Kapasitas
Produksi
Kapasitas tenaga kerja Taylor (2000) membedakan
strategi perencanaan
kapasitas ke
dalam tiga tipe, yaitu :
a.
Capacity Lead
Strategy, adalah strategi dimana kapasitas yang direncanakan naik
secara bertahap dan selalu melebihi nilai permintaan, jika permintaan berbentuk
garis lurus (linier).
unit
|
kapasitas
|
permintaan
|
Time
|
b.
Capacity Lag
Strategy, adalah
strategi dimana kapasitas yang direncanakan selalu melebii nilai permintaan,
jika permintaannya yang naik secara bertahap.
unit
|
kapasitas
|
Time
|
permintaan
|
c.
Average Capacity
Strategy, strategi kapasitas rata-rata, adalah suatu strategi yang
direncanakan kadang melebihi dan kadang berkurang dari permintaan pasar. Penyelesaian kapasitas diusahakan
mendekati nilai rata-rata permintaan pasar
permintaan
|
Time
|
kapasitas
|
unit
|
2.1.3
Strategi Perencanaan Agregat Dalam Proses Produksi
1. Srategi
Murni
Strategi yang disusun dengan hanya
memanipulasi salah satu variabel. Strategi ini terdiri dari dua golongan yakni
(1) pilihan kapasitas dimana perusahaan berusaha untuk mengubah permintaan
tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan dan (2) pilihan
permintaan. di mana perusahaan berusaha untuk memuluskan perubahan pola
permintaan selama perioda perencanaan Beberapa tipe strategi yang termasuk
strategi murni adalah sebagai berikut.
1) Tipe Strategi Pilihan Kapasitas atau
Level Production
Sebuah perusahaan dapat menentukan
pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:
a.
Mengubah
tingkat persediaan. Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama perioda
permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa datang. Jika
strategi tersebut dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan,
asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan
meningkat. Biaya-biaya tersebut pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai
sebuah barang setiap tahunnya. Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa
di mana permintaan terus meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat
mengakibatkan penjualan yang hilang disebabkan lead-time yang lebih panjang dan
pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
b.
Meragamkan
ukuran tenaga kerja dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu
cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan
para pekerja untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan
baru memerlukan pelatihan, dan rata-rata produktivitas menurun untuk sementara
sehingga mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja,
menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas yang
lebih rendah.
c.
Meragamkan
tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Terkadang tenaga kerja dapat
dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja yang bermacam-macam,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja
pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu ketika permintaan sedang tinggi,
terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur
memerlukan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik
produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan
naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap
berjalan. Pada sisi lain, pada saat permintaan menurun, perusahaan harus
menyerap waktu kosong pekerja—yang biasanya merupakan proses yang sulit.
d.
Subkontrak.
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan
subkontrak pekerjaan selama perioda permintaan tinggi. Bagaimanapun,
subkontrak, memiliki beberapa kekurangan. Pertama, mungkin mahal; kedua,
membawa risiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing. Ketiga, seringkali
susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat
mengirimkan produk bermutu tepat waktu.
e.
Penggunaan
karyawan paruh waktu. Karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja
tidak terampil.
2) Tipe Strategi Pilihan Permintaan
atau Chase Demand
Dasar pemilihan permintaan adalah
sebagai berikut:
a.
Mempengaruhi
permintaan. Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk
meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan potongan
harga. Contoh – AC pendingin udara paling murah dijual pada waktu musim dingin.
Bagaimanapun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga
tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
b. Tunggakan pesanan selama perioda
permintaan tinggi. Tunggakan pesanan adalah pesanan yang diterima perusahaan
tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat
itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka ataupun
pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi mungkin untuk dijalankan. Banyak
perusahaan melakukan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan tersebut sering
mengakibatkan hilangnya penjualan.
c. Bauran produk yang Counterseasonal. Suatu teknik
penghalusan yang secara luas digunakan para manufaktur adalah mengembangkan
sebuah bauran produk yang terdiri dari barang counterseasonal. Contoh - perusahaan yang membuat keduanya:
tungku perapian dan alat pendingin atau mesin pemotong rumput dan peniup salju.
Bagaimanapun, perusahaan yang mengikuti pendekatan tersebut dapat mendapati
diri mereka terlibat dengan produk di luar area keahlian mereka atau di luar
target pasar mereka.
2.
Strategi Hybrid atau Mixed Stategy
Gabungan beberapa strategi murni
dimana lebih dari satu variabel yang dimanipulasi. Pendek kata, strategi hybrid
merupakan strategi dengan mengkombinasi berbagai pilihan untuk mengembangkan
sebuah rencana.
Berikut ini adalah tipe Strategi
Hybrid :
1) Strategi Perburuan
Sebuah strategi perburuan mencoba
untuk mencapai tingkat output bagi setiap perioda yang memenuhi peramalan
permintaan untuk perioda tersebut. Strategi tersebut dapat terpenuhi dengan
berbagai jalan. Contoh - manajer produksi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja
dengan merekrut atau menghentikan karyawan, atau dapat memvariasikan produksi
dengan mengubah waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau
subkontrak.
2) Strategi Bertingkat
Sebuah strategi bertingkat (atau
penjadwalan bertingkat) adalah sebuah rencana agregat di mana produksi
sehari-hari tetap sama dari perioda ke perioda. Contoh -Perusahaan seperti
Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam
dan mungkin
a)
Membiarkan
persediaan barang naik atau turun sebagai penyangga di antara produksi dan
permintaan atau
b)
Menemukan
pekerjaan alternatif bagi karyawan.
Filosofi mereka adalah bahwa tenaga
kerja yang stabil menuju ke produk yang lebih bermutu, lebih sedikit
ketidakhadiran dan perputaran karyawan, dan karyawan yang lebih memiliki
komitmen pada tujuan perusahaan. Penghematan lain mencakup karyawan yang lebih
berpengalaman, pengawasan dan penjadwalan yang lebih mudah, dan lebih sedikit
startups dan shutdowns yang dramatis. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan
baik ketika permintaan stabil.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kapasitas
adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu
tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per
satuan waktu. Atau kapasitas
merupakan jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi
dalam cakrawala waktu tertentu, yaitu selama satu tahun atau dalam
beberapa tahun mendatang. ( Chase, Aquilano, dan Russel Taylor )
Strategi
perencanaan kapasitas menurut taylor, yaitu:
1. Capacity Lead Strategy
2. Capacity Lag Strategy
3. Average Capacity Strategy
Sedangkan
strategi dalam perencanaan agregat, yaitu:
1. Strategi
Murni, yang terbagi menjadi 2 di dalamnya :
a. Level Production
b. Chase Demand
2. Strategi
Hybrid atau Mixed Strategy, yang juga
terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Strategi
Perburuan
b. Strategi
Bertingkat
DAFTAR
PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 2011. Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/strategi-perencanaan-agregat