Jumat, 11 September 2015

PERENCANAAN KAPASITAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Ketika perusahaan BATA membangun pabrik untuk memproduksi sepatu, para manajernya mempunyai gagasan tentang jumlah sepatu yang akan diproduksi. Ketika perusahaan ASTRA membangun pabrik perakitan mobil, para manajernya mempunyai  perkiraan tertentu mengenai jumlah mobil yang akan diproduksi. Fasilitas-fasilitas ini semuanya dibangun dengan suatu ukuran atau mempunyai kapasitas tertentu. Kegiatan penentuan dan pembaharuan kebutuhan-kebutuhan kapasitas ini disebut perencanaan kapasitas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai perencanaan kapasitas.

1.2  Rumusan Masalah
1.        Apa Yang Dimaksud Perencanaan Kapasitas ?
2.        Apa Saja Strategi Perencanaan Kapasitas Dalam Proses Produksi ?
3.        Apa Saja Strategi Perencanaan Agregat Dalam Proses Produksi ?

1.3  Tujuan Makalah
1.        Untuk Mengetahui Perencanaan Kapasitas
2.        Untuk Mengetahui Strategi perencanaan kapsitas dalam pross produksi.
3.        Untuk Mengetahui Strategi Perencanaan Agregat Dalam Proses Produksi.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Kapasitas
2.1.1 Pengertian Perencanaan Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu.
Menurut Chase dan Aquilano (1955).Chase serta Russel Taylor (2000), kapasitas merupakan jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi dalam cakrawala waktu tertentu, yaitu selama satu tahun atau dalam beberapa tahun mendatang.
Menurut Yamit (2003), perencanaan kapasitas produksi adalah jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu. Contoh : bus mempunyai kapasitas kursi 40 sekali jalan, pabrik pupuk mempunyai kapasitas 100.000 kg sekali produksi Kapasitas produksi dikaitkan dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki seperti :
a.       Kapasitas tenaga kerja
b.      Kapasitas mesin
c.       Kapasitas bahan baku
d.      Kapasitas modal
Berbagai definisi kapasitas secara umun dapat diperinci sebagai berikut :
1.    Design capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana pabrik dirancang.
2.    Rated capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya. ( Biasanya lebih besar daripada design capacity karena perbaikan-perbaikan periodic dilakukan terhadap mesin-mesin atau proses-prosesnya).
3.    Standard capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan sebagai sasaran pengoperasian bagi manajemen, supervise, dan para operator mesin, dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggaran.
4.    Actual dan atau operating capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata per satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat. Ini adalah kapasitas standard ± cadangan-cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata dan sebagainya.
5.    Peak capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu (mungkin lebih rendah daripada rated, tetapi lebih besar daripada standard ) yang dapat dicapai melalui maksimisasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan, mengurangi jam istirahat dan sebagainya.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada umumnya dinyatakan dalam satuan- satuan sebutan persamaan seperti batang, ton, lologram, meter atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan waktu yang penting bagi perencanaan kapasitas, dapat dinyatakan dalam satuan seperti jam, hari, minggu atau bulan.
Perencanaan kapasitas atas dasar waktu dapat diuraikan sebagai berikut :
1.        Kapasitas jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Merupakan sebuah fungsi penambahan fasilitas dan peralatan yang memilki lead time panjang.
2.        Kapasitas jangka menengah (3 hingga 18 bulan). Hal ini merupakan tugas perencanaan keseluruhan. Dapat berupa  ditambahkan peralatan, karyawan dan jumlah shift, dapat pula dilakukan subkontrak, dan dapat juga menggunakan persediaan. 
3.        Kapasitas jangka pendek (biasanya hingga 3 bulan). Perhatian utama terletak pada penjadwalan tugas, penjadwalan karyawan dan pengalokasian mesin.  Sangat sulit untuk mengubah kapasitas jangka pendek, sehingga biasanya digunakan kapasitas yang sudah ada.
2.1.2  Strategi Dalam Perencanaan Kapasitas Produksi
Kapasitas tenaga kerja  Taylor (2000) membedakan strategi perencanaan kapasitas ke dalam tiga tipe, yaitu :
a.         Capacity Lead Strategy, adalah strategi dimana kapasitas yang direncanakan naik secara bertahap dan selalu melebihi nilai permintaan, jika permintaan berbentuk garis lurus (linier).

unit
kapasitas
permintaan
Time
 












b.        Capacity Lag Strategy, adalah strategi dimana kapasitas yang direncanakan selalu melebii nilai permintaan, jika permintaannya yang naik secara bertahap.





unit
kapasitas
Time
permintaan
 












c.         Average Capacity Strategy, strategi kapasitas rata-rata, adalah suatu strategi yang direncanakan kadang melebihi dan kadang berkurang dari permintaan  pasar. Penyelesaian kapasitas diusahakan mendekati nilai rata-rata permintaan pasar
permintaan
Time
kapasitas
unit
 











2.1.3 Strategi Perencanaan Agregat Dalam Proses Produksi
1. Srategi Murni
Strategi yang disusun dengan hanya memanipulasi salah satu variabel. Strategi ini terdiri dari dua golongan yakni (1) pilihan kapasitas dimana perusahaan berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan  dan (2) pilihan permintaan. di mana perusahaan berusaha untuk memuluskan perubahan pola permintaan selama perioda perencanaan Beberapa tipe strategi yang termasuk strategi murni adalah sebagai berikut.
1)   Tipe Strategi Pilihan Kapasitas atau Level Production
Sebuah perusahaan dapat menentukan pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:
a.       Mengubah tingkat persediaan. Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama perioda permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa datang. Jika strategi tersebut dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. Biaya-biaya tersebut pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya. Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa di mana permintaan terus meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan penjualan yang hilang disebabkan lead-time yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
b.       Meragamkan ukuran tenaga kerja dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan rata-rata produktivitas menurun untuk sementara sehingga mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.
c.        Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja yang bermacam-macam, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur memerlukan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, pada saat permintaan menurun, perusahaan harus menyerap waktu kosong pekerja—yang biasanya merupakan proses yang sulit.
d.       Subkontrak. Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan subkontrak pekerjaan selama perioda permintaan tinggi. Bagaimanapun, subkontrak, memiliki beberapa kekurangan. Pertama, mungkin mahal; kedua, membawa risiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing. Ketiga, seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.
e.        Penggunaan karyawan paruh waktu. Karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak terampil.
2) Tipe Strategi Pilihan Permintaan atau Chase Demand
Dasar pemilihan permintaan adalah sebagai berikut:
a.     Mempengaruhi permintaan. Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan potongan harga. Contoh – AC pendingin udara paling murah dijual pada waktu musim dingin. Bagaimanapun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
b.     Tunggakan pesanan selama perioda permintaan tinggi. Tunggakan pesanan adalah pesanan yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka ataupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi mungkin untuk dijalankan. Banyak perusahaan melakukan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan tersebut sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
c.     Bauran produk yang Counterseasonal. Suatu teknik penghalusan yang secara luas digunakan para manufaktur adalah mengembangkan sebuah bauran produk yang terdiri dari barang counterseasonal.  Contoh - perusahaan yang membuat keduanya: tungku perapian dan alat pendingin atau mesin pemotong rumput dan peniup salju. Bagaimanapun, perusahaan yang mengikuti pendekatan tersebut dapat mendapati diri mereka terlibat dengan produk di luar area keahlian mereka atau di luar target pasar mereka.
2. Strategi Hybrid atau Mixed Stategy
Gabungan beberapa strategi murni dimana lebih dari satu variabel yang dimanipulasi. Pendek kata, strategi hybrid merupakan strategi dengan mengkombinasi berbagai pilihan untuk mengembangkan sebuah rencana.
Berikut ini adalah tipe Strategi Hybrid :
1)    Strategi Perburuan
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap perioda yang memenuhi peramalan permintaan untuk perioda tersebut. Strategi tersebut dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Contoh - manajer produksi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau menghentikan karyawan, atau dapat memvariasikan produksi dengan mengubah waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.
2) Strategi Bertingkat
Sebuah strategi bertingkat (atau penjadwalan bertingkat) adalah sebuah rencana agregat di mana produksi sehari-hari tetap sama dari perioda ke perioda. Contoh -Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin
a)         Membiarkan persediaan barang naik atau turun sebagai penyangga di antara produksi dan permintaan atau
b)        Menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan.
Filosofi mereka adalah bahwa tenaga kerja yang stabil menuju ke produk yang lebih bermutu, lebih sedikit ketidakhadiran dan perputaran karyawan, dan karyawan yang lebih memiliki komitmen pada tujuan perusahaan. Penghematan lain mencakup karyawan yang lebih berpengalaman, pengawasan dan penjadwalan yang lebih mudah, dan lebih sedikit startups dan shutdowns yang dramatis. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Atau kapasitas merupakan jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi dalam cakrawala waktu tertentu, yaitu selama satu tahun atau dalam beberapa tahun mendatang. ( Chase, Aquilano, dan Russel Taylor )
Strategi perencanaan kapasitas menurut taylor, yaitu:
1.      Capacity Lead Strategy
2.      Capacity Lag Strategy
3.      Average Capacity Strategy
Sedangkan strategi dalam perencanaan agregat, yaitu:
1.      Strategi Murni, yang terbagi menjadi 2 di dalamnya :
a.    Level Production
b.    Chase Demand
2.      Strategi Hybrid atau Mixed Strategy, yang juga terbagi menjadi 2, yaitu :
a.    Strategi Perburuan
b.    Strategi Bertingkat



DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 2011. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/strategi-perencanaan-agregat