Jumat, 14 Februari 2014

Rasa Sebenarnya

Seuntai kata lelah dalam gemuruh angin
sepijak langkah ku alunkan rasa
teriring doa dan harap yang selalu temani jiwa ini
 yang kosong tak berpenghuni

saat teriak sang waktu tak mungkin lagi aku dengar dan resapi
tawa bahagia tak lagi terlihat dan terasa jauh dipandangan

seketika nafas sejenak terhenti
tak ada sedikitpun celah yang dapat kusandari
aku hanya mampu membisu
melihat, merasa dan berharap  itu tak lebih sakit dari kehilangan

kali ini kau menang
menyayat kembali hati ini yang telah cacat
menikam ulang cerita yang berakhir duka

kini aku hanya sebuah impian yang tak tau kapan terwujud
yang selalu memendam rasa kecewa tak berujung
dalam tepisan waktu yang tak pernah merapat

kehadiranmu kini
takan membuat keluh kesah setiap kehidupan ini berakhir
takan membuat setiap air mata menjadi tawa
dan takan pernah membuat nadi ini hidup kembali

ketika luka telah mencabik semua perhatian dan perasaan
sosokmu itu takan pernah ada lagi di kehidupanku yang baru
jangan kau buat aku termenung dalam ramainya kenangan
yang tanpa kau sadari akan cukup menambah pilu rasa ini

serentak butiran rasa itu terjatuh
sementara tulisan tak mampu membendung air mata ini
saat itulah tangis mencoba menjawabnya dengan perlahan

 mungkin
engkau, aku atau bahkan mereka
bukan satu alasan nirwana akan terang dikemudian hari



Tidak ada komentar:

Posting Komentar